Ketika kaki dan tangan terikat, aku pergi ke negeri mimpi. Disana ribuan harapan tidak saling menginjak, mengikat dan mencaci. Ribuan anak syair menjadi akar yang menggelayut dari ketinggian, dan aku bebas berayun dari pohon satu ke pohon lainnya. Pohon harapan..
Depok, 2010
Draft pertama.
Wednesday, March 10, 2010
Pohon Harapan
Tags :
Renungan
Related : Pohon Harapan
Aku, perempuan berkebaya robek dan perempuan bergelang emasDia acungkan gelasnya kepada peminta itu dengan tangan penuh gemerincing gelang emas, disertai senyum menawan dilepaskannya pula sejumput uang dari dompetnya untuk dibag ...
alam tubuhCoba kau lihat ke dalam tubuhmusisir sedikit demi sedikit dengan pisau itusibak daging yang kau gores pelan lihatlah ke dalam...Tak perlu lagi di intipsudah sangat waktu ...
PetaniSebagai petani, aku merasa sudah terlalu jauh meninggalkan desa. Berharap, semua tulisanku menuntun kembali langkah ini menuju pematang sawah yang menyaksikan tumbuh bes ...
PagiEntah siapa sebenarnya menyambutpagi yang indah ataukah aku?kita tersenyum berduaselalu..menyambut gairah dengan senyumHujan merajut kedatanganmutiada surut senyum menye ...
Hari esok"Rasanya tak mau aku menunggu hingga esok hari. Satu persatu dari kecil hingga besar, masalah menyambangiku bahkan seperti hendak menginap dipelataran rumahku dengan dis ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
salam harapan...
ReplyDeleteHarapan itu masih ada Kika, gak hanya di alama mimpi aja kok (harina)
ReplyDeletepohon yang tumbuh besar akan semakin kuat dan kokoh selama kita menjaga, merawat, dan melestarikannya.... salam buat pohon :)
ReplyDelete