Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Friday, May 6, 2011

Penghakiman

Kadang laut tak begitu jernih, bahkan langit pun tak secerah biasanya. Duka dan rintihan akan sayatan masa lalu begitu menggempar dalam jiwa seorang musafir. Harapan hanya tinggal kenangan, kejayaan dan kemasyuran masa lalu terlindas oleh kenyataan hidup yang begitu tajam bagai sayatan-sayatan kebencian.

Kini, semua ceria dan kebahagiaan itu menjadi renta. Terbungkuk dan terbatuk dimakan usia. Bahkan kulit keemasaan itu telah mengeriput dan kasar. Tak ada lagi kelembutan dan kehangatan. Tak ada lagi belaian kasih yang tertumpah. Tak ada. Tak ada. Dan tak ada.

Setelah semuanya terlalui, dunia hampa yang kini ditinggali. Terduduk bisu, menangis perih, mata yang berkaca hanya karena ingatan masa lalu. Debu-debu menari seolah mencerca batin yang sudah tersayat ini. Semua orang memanggilnya dengan “penyesalan”. Tapi bagiku, ini adalah “penghakiman”. 

Arif Chasan
5 Mei 2011

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Penghakiman

  • PalestinaPalestina..menangis, menjerit, sakitberlari menghindar roketberjaga satu-satunya nyawadi perlindungan yang runtuhPalestina..Tuhan menuliskan riwayatmuKamu tiada menanyak ...
  • Sendiripemuda pemudi hidup sendiri berjalan dengan pikiran sendiri sibuk bergaya sendiri sendiri apa yang salah pada diri sendiri mungkin bapak bisa tahu diri untuk menjawab s ...
  • Pohon KetakutanDalam cerita itu, aku memeluk pergulatan pikir yang mengajak untuk bercinta dalam alam pikir lain yang tidak biasanya. Dalam cerita itu, beberapa manusia memakaikan baju ...
  • HilangSetiap detik yang menanti Dan setiap embun yang menetes Perlahan tapi pasti merangkak untuk pergi Dan hanya menyisakan lamunan kosong dalam benak Sekarang... Untaian ...
  • AndaiAndai ku tahu rahasiaNya Andai ku bisa menyibak nama itu Sedikit saja *** -di tengah kepayahan hati- ...

7 comments:

  1. penghakiman dari siapa? bukankah itu adalah rasa sesal yang datang dari lubuk hati? atau berarti nurani menghakimi diri sendiri?

    salam mas Arif :-)

    ReplyDelete
  2. ooooooooooh malang nasibku ini xixixixixixi

    ReplyDelete
  3. @Ne : yah.. tafsirkanlah seluas-luasnya... :) salam juga.. :D

    @warsito : kenapa mas?.. :)

    ReplyDelete
  4. puisinya sedih dan penuh makna. thanks ya..

    ReplyDelete
  5. kadang laut tak begitu jernih. jauh. di palung ingatan magrib berbagi
    kenangan. mungkin sebentar lagi nasib berpeluk cakrawala. lihat!
    kakikakinya telah mendekat. lihat! darah rebak dari penyakit kemarin.
    kadang laut tak begitu jernih. mengabur jejak tualang.
    (salam kenal)

    ReplyDelete
  6. @Umiabie : makasih banyak.. :)
    @chi : waah.. indah... salam kenal juga.. :)

    ReplyDelete
  7. "Debu-debu menari seolah mencerca batin yang sudah tersayat ini" i like it hehe
    mampir ke blog saya ya ada lagu yang butuh komentar sobat semua :)

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..