Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Thursday, July 29, 2010

Senyum Hujan

Saat itu,
duduk dalam diam,
membiarkan riak yang bicara,
rintik pun terbahak melihatnya,
waktu begitu kejam dengan melambat,
gelisah aku tanpa berani menatapmu,

sedangkan kamu,
tersenyum pada hujan,
entah menantiku atau menanti berlalunya waktu,
bersih dan sejuknya wajahmu yang berbalut senyum,
mencoba bertahan dari kebodohan lelaki disampingnya,

aku menyesal,
kesempatan itu lebih berharga dari isi bumi,
namun akhirnya, kelu bibir yang berkuasa,

aku yang terdiam, dia yang tersenyum, dan akhir yang tak dapat kumengerti.
By Arif Chasan

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Senyum Hujan

1 comments:

  1. Bila kebisuan ini tak terjawab dalam pertanyaan diri, kuharap kau megerti aku.
    Semoga saja begitu sobat..

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..