Saat itu,
duduk dalam diam,
membiarkan riak yang bicara,
rintik pun terbahak melihatnya,
waktu begitu kejam dengan melambat,
gelisah aku tanpa berani menatapmu,
sedangkan kamu,
tersenyum pada hujan,
entah menantiku atau menanti berlalunya waktu,
bersih dan sejuknya wajahmu yang berbalut senyum,
mencoba bertahan dari kebodohan lelaki disampingnya,
aku menyesal,
kesempatan itu lebih berharga dari isi bumi,
namun akhirnya, kelu bibir yang berkuasa,
aku yang terdiam, dia yang tersenyum, dan akhir yang tak dapat kumengerti.
By Arif Chasan
Thursday, July 29, 2010
Senyum Hujan
Ditulis Oleh
Arif Chasan
at
9:08 AM
Tags :
Arif Chasan,
Puisi,
Puisi Cinta,
Rindu
Related : Senyum Hujan
Bahagia UntukmuTak mudah mengungkap rasa Yang meracuni, hingga perih di jiwa Cinta.... t’lah menjadi asa Kini hati hanya bertanya tentang apa adanya Ku menepis waktu Agar tak menjadi ...
SenyumTiba disini dengan senyum mengembangkamu..katakan padaku betapa rindu dihatimekar, mekar dan memekar..sekilas aku dengar bisik semut"ya Tuhan, kesetiaannya..bagai petani ...
Aku Sang RinduTelah lama mati Dalam ruang dingin nan sepi Kisut kulit hati Tangis itu terbit lagi Cinta hilang nafasnya Jiwa padam apinya Lirih batin memanggil nama Tertiup dalam cen ...
Hari dimana aku mengenal udaraTanpa terasa waktu terus bergulirtanpa terasa kenangan banyak tertanamada yang datang dan pergimasih dalam kutat langkah kakiaku tautkan hati berjalan melingkari jiwa hi ...
GumamSetiaku pada tulang putihmenumpuk, memasung perihcintaku pada merah darahmenggigit, meresap nanahIndonesiakapan engkau MERDEKA! ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bila kebisuan ini tak terjawab dalam pertanyaan diri, kuharap kau megerti aku.
ReplyDeleteSemoga saja begitu sobat..