Saat itu,
duduk dalam diam,
membiarkan riak yang bicara,
rintik pun terbahak melihatnya,
waktu begitu kejam dengan melambat,
gelisah aku tanpa berani menatapmu,
sedangkan kamu,
tersenyum pada hujan,
entah menantiku atau menanti berlalunya waktu,
bersih dan sejuknya wajahmu yang berbalut senyum,
mencoba bertahan dari kebodohan lelaki disampingnya,
aku menyesal,
kesempatan itu lebih berharga dari isi bumi,
namun akhirnya, kelu bibir yang berkuasa,
aku yang terdiam, dia yang tersenyum, dan akhir yang tak dapat kumengerti.
By Arif Chasan
Thursday, July 29, 2010
Senyum Hujan
Ditulis Oleh
Arif Chasan
at
9:08 AM
Tags :
Arif Chasan,
Puisi,
Puisi Cinta,
Rindu
Related : Senyum Hujan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bila kebisuan ini tak terjawab dalam pertanyaan diri, kuharap kau megerti aku.
ReplyDeleteSemoga saja begitu sobat..