Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Friday, April 16, 2010

Bapak, kenapa kau lahirkan anarki?

Bapak, kenapa kau lahirkan anarki?
pada kami yang semestinya kau lindungi
pada kami yang seharusnya kau ayomi
Kami minta harga bukan untuk kau beli

Tak ada harga yang pantas bagi nyawa ini
kecuali harga diri
Tapi kenapa kau jual diri?
Ah Bapak, cermin pun akan retak ketika kau berdiri.

[untuk Priok & Cina Benteng, 2010].

Depok, 2010

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Bapak, kenapa kau lahirkan anarki?

  • SahabatSahabat, Langit berubah warna seketika dan aku tak tahu karena aku atau kamu namun terlihat jelas tak lagi biru entah kemana sebenarnya tujuanmu pergi yang pasti sesal ...
  • Temaram mimpidia tak memiliki mimpi hanya berselimut luka dan putus asa tinggal dalam keraguan sinarnya telah padam terhembus kerasnya hidup dan tergilas garangnya ibukota hanya lan ...
  • PalestinaPalestina..menangis, menjerit, sakitberlari menghindar roketberjaga satu-satunya nyawadi perlindungan yang runtuhPalestina..Tuhan menuliskan riwayatmuKamu tiada menanyak ...
  • Beri kami kabar!Berhentilah menuang bahan bakarmulailah untuk memberi kabarKami bukan tempat pesiarhanya diberi status pendengar!Kamu bukan lulusan sanggarsuguhkan pertunjukan akbarkemu ...
  • Kaya tanpa hartaMenimang abumenggosok kulitmenunggu kesatdihantaran airkaya tanpa harta ...

1 comments:

  1. memang,
    ada harga yang tak dapat terbeli
    apalagi ditawar tuk dimiliki

    namun,
    itu semua cerita dahulu
    cerita dari nenek moyang kita, yang
    mengatakan harga menghargai adalah
    fosil warisan yang harus dijaga
    dipelihara, dilestarikan, bersama

    dan cerita itu pun
    tak tersisa dan musnah
    hingga buku-buku sejarah pun
    seakan enggan
    menyimpan mantra-mantra
    'harga' dan 'menghargai' itu
    ya.....
    walau hanya kalimat itu saja

    karena,
    dalam suasana yang berbeda
    dengan 'bapak' yang berbeda pula
    sejarah dapatlah dengan mudah dipolesi
    seperti yang 'bapak' inginkan
    semaunya yang 'bapak' harapkan
    hanya untuk 'bapak' dan 'bapak' saja
    walo kadang harus berbagi bersama 'jajaran bapak'
    sejarah bukan hal yang mustahil
    untuk diputar dan dibalikan

    kemana 'bapak' sewaktu ibu menangis
    di hari rabu waktu itu ?

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..