Setiap manusia duduk di atas tumpukan kertas-kertas kenangan yang bertambah tanpa terasa. Di dalam detik, detak waktunya. Bertambah tebal tumpukan, semakin meninggi ketakutan hingga terkadang melebihi tinggi badan.
mari nikmati satu titik air
yang menetes di kaca,
merambat pelan
hingga termakan hangat udara
Kesedihan adalah titik air, yang seiring waktu pasti tertelan debur ombak kehidupan. Ketika hujan telah turun, itu pertanda cerah ceria warna langit akan kembali menemani.
**
Re-edit dan re-post
"Tak perlu membayar/membunuh masa lalu".
Februari 2010.
Thursday, February 18, 2010
Titik Air.
Tags :
Sajak
Related : Titik Air.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menghampirimu, malam.
ReplyDeleteASYIK PUISINYA, MAS.
ReplyDeleteOh. . .
ReplyDeleteHati yang menangis itu.
ReplyDeleteBiarlah sang waktu yang mengobatinya.
Lelapkkan penatnya diantara sejuta tawa dalam kehidupan..
Lelapkan isaknya dalan cahaya terang..
........
Gimana kabarnya mas, hampir setahun gak kesini..
Puisi yang bagus ..
ReplyDeleteya nok puisinya bagus sekali.
ReplyDeletethanks to info mas,,,,salam ya,,puisinya bagus toch,,,
ReplyDelete