Pernah suatu hari aku meminta pada diri sendiri untuk jatuh cinta, namun dia menolak. Kemudian di kemudian harinya aku pinta dia untuk mengangguk saat menerima cinta, namun ku dapati gelengan kepala. Maka aku jalani diri sendiri untuk terus melaju mengikuti arus air yang telah terjun dari ketinggian di ujung gunung sana. Berharap aku mampu menyentuh garis pantai hingga masuk ke dalam samudera biru yang dulu pernah membuat telanjang hidup-hidup.
Tanpa berenang, semestinya aku tenggelam didalamnya. Mungkin tubuhku terlalu ringan, bahkan mungkin sangat ringan hingga serupa ranting yang hanya bisa hanyut diatas permukaan air. Masih ada sedikit harapan untuk bisa tenggelam dan mati meninggalkan semua ini, membahagiakan diri di kehidupan lain.
Hari ini di ujung sana aku melihat langit yang seakan jatuh ke laut, tiba-tiba aku merasa mengecil, kecil dan sangat kecil dengan perlahan. Matahari telah bertemu dengan kekasihnya disana, bulan pun tak mau kalah. Muncul dengan kecantikan menggoda dan bintang pun berebut mengitari. Tentu disertai kerlingan memancing.
Dingin perlahan mengajakku beranjak, sejenak aku pandangi pohon-pohon yang berbisik seakan membicarakanku.
"Biarlah langit menjadi rumah
bagi semua yang sedang menyanyikan cinta
aku hanya ingin kembali
kembali kepada bumi
yang telah menerima terinjak
dan mencintainya seumur hidupku",
bisikku pelan kepada pasir yang masih enggan melepas.
Hometown, 2010
Re-edit and repost.
Draft 37.
Thursday, February 11, 2010
Bernafas kembali
Tags :
Sajak Mencinta
Related : Bernafas kembali
Lagu Tua"Cinta tak harus saling memiliki" Sebuah lagu tua yang selalu dinyanyikan Ketika alasan tak lagi ditemukan.Depok, 2010. ...
DiaDia begitu cantik mempesona selalu ada senyum dari setiap sapanya seakan kurasa madu di sela-sela bibirnya manakala menatap malaikat pun akan terkejut untuk kemudian ...
Kaki LangitSemalam tadi kamu bertanya tentang kaki langit, bagaimana aku menerangkan bilamana kaki langitku sendiri tak pernah terjamah dalam pikiran mau pun bayangan. Sekian detik ...
Perjalanan ke sekianMenyambung tetes airdari jarak yang diperasmendekati hatimuPerjalanan ke sekiandiperam untuk menetaskerasnya pikirmuDi selasar kenanganaku tinggalkan hatitemukanlah disi ...
Istana GugurDi istana itu terbentuk megah,ribuan jiwa di dalam,namun indah di pandang,Menyesal aku pergi meninggalkan,padahal semua demi kamu,Percakapan demi percakapan,sudah terlew ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
puisinya indah mas..........
ReplyDeletecuma diksinya berbelit belit.. "
bait pertamanya menggoda tapi pada endingnya kabur nggk jelas.......menurt saya kata "ku" pada endingnya kurang mengesankan...... coba lihat para penyair yg sdh dewasa karyanya jarang sekali mengakhiri endingnya dngan kata"ku"
juga pada bait ketiga.. latar waktu tidak diketahui kapan, siang atau malam, matahri dan bulan sangat tidak akur sekali.. apakah pernah
siang ada nyala bulan atau pula ada malam yang disinari matahari.. kalau ini mas terbilang masih mentahj karyanya...
tapi su tidak meludah loh cuma komentr..
memang sulit menjalani hidup..
ReplyDeletenamanya juga masih manusia
Tulisan2 Kika selalu menarik untuk dinikmati. Selamat menulis terus.
ReplyDeleteSalam Air,
Tanadi Santoso