Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Thursday, February 11, 2010

Bernafas kembali

Pernah suatu hari aku meminta pada diri sendiri untuk jatuh cinta, namun dia menolak. Kemudian di kemudian harinya aku pinta dia untuk mengangguk saat menerima cinta, namun ku dapati gelengan kepala. Maka aku jalani diri sendiri untuk terus melaju mengikuti arus air yang telah terjun dari ketinggian di ujung gunung sana. Berharap aku mampu menyentuh garis pantai hingga masuk ke dalam samudera biru yang dulu pernah membuat telanjang hidup-hidup.

Tanpa berenang, semestinya aku tenggelam didalamnya. Mungkin tubuhku terlalu ringan, bahkan mungkin sangat ringan hingga serupa ranting yang hanya bisa hanyut diatas permukaan air. Masih ada sedikit harapan untuk bisa tenggelam dan mati meninggalkan semua ini, membahagiakan diri di kehidupan lain.

Hari ini di ujung sana aku melihat langit yang seakan jatuh ke laut, tiba-tiba aku merasa mengecil, kecil dan sangat kecil dengan perlahan. Matahari telah bertemu dengan kekasihnya disana, bulan pun tak mau kalah. Muncul dengan kecantikan menggoda dan bintang pun berebut mengitari. Tentu disertai kerlingan memancing.

Dingin perlahan mengajakku beranjak, sejenak aku pandangi pohon-pohon yang berbisik seakan membicarakanku.
"Biarlah langit menjadi rumah
bagi semua yang sedang menyanyikan cinta
aku hanya ingin kembali
kembali kepada bumi
yang telah menerima terinjak
dan mencintainya seumur hidupku",
bisikku pelan kepada pasir yang masih enggan melepas.

Hometown, 2010
Re-edit and repost.
Draft 37.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Bernafas kembali

3 comments:

  1. puisinya indah mas..........
    cuma diksinya berbelit belit.. "
    bait pertamanya menggoda tapi pada endingnya kabur nggk jelas.......menurt saya kata "ku" pada endingnya kurang mengesankan...... coba lihat para penyair yg sdh dewasa karyanya jarang sekali mengakhiri endingnya dngan kata"ku"

    juga pada bait ketiga.. latar waktu tidak diketahui kapan, siang atau malam, matahri dan bulan sangat tidak akur sekali.. apakah pernah
    siang ada nyala bulan atau pula ada malam yang disinari matahari.. kalau ini mas terbilang masih mentahj karyanya...


    tapi su tidak meludah loh cuma komentr..

    ReplyDelete
  2. memang sulit menjalani hidup..
    namanya juga masih manusia

    ReplyDelete
  3. Tulisan2 Kika selalu menarik untuk dinikmati. Selamat menulis terus.
    Salam Air,
    Tanadi Santoso

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..