Dia acungkan gelasnya kepada peminta itu dengan tangan penuh gemerincing gelang emas, disertai senyum menawan dilepaskannya pula sejumput uang dari dompetnya untuk dibagikan. Tak berapa lama perempuan dengan kebaya robek itu pergi membawa gelas perak yang tak pernah ada dalam pikirannya selama ini. Dan juga dengan senyum-senyum yang tak mampu ditahannya untuk dikembangkan dari bibir tuanya.
Tanpa terasa airmata perempuan bergelang emas menetes, bahkan menjurus deras. Dihatinya tertanam sebuah pertanyaan yang tidak pernah kunjung muncul jawabannya. Entah apa sebenarnya pertanyaan yang sering muncul dan membuatnya menangis itu. Apakah karena begitu melonjaknya harga pangan di pasaraya atau supermarket yang menunjukkan kenaikan atau apa? Karena baginya semua kenaikan itu tidak akan pernah terasakan baginya, suaminya seorang konglomerat dengan harta yang tidak akan pernah habis dimakan sekian juta orang dalam 100 tahun. Ataukah karena kurangnya hiburan bagi dirinya? Dia juga menggelengkan kepala seraya berbisik "tidak", iya.. Karena semua hal apapun di dunia ini bisa dibelinya.
Kebahagiaan perempuan tua berkebaya robek dan kesedihan perempuan bergelang emas, begitu paradoks dan ironis. Dalam pijakan kaki, manusia cenderung melambaikan diri demi kegemerlapan dunia yang pasti tidak dibawa mati. Dan dalam pijakan nurani, manusia tak pernah lepas untuk terus mencari kebahagiaan hakiki untuk dibawa mati.
Begitupun aku, sebagai penggembala yang hidup di kota metropolis yang setiap harinya berkacak pinggang sembari meneriakkan kesombongannya, terus menerus meretas kepingan demi kepingan sebuah hasrat untuk tetap bergerak dan bahagia. Tidak lagi mencumbui diri sendiri dengan kesenangan sesaat. Sebelum sketsa perempuan tua berkebaya dan perempuan bergelang emas itu menusuk diriku lewat anak-anakku ataupun cucuku kelak.
Tuesday, August 25, 2009
Aku, perempuan berkebaya robek dan perempuan bergelang emas
Tags :
Renungan
Related : Aku, perempuan berkebaya robek dan perempuan bergelang emas
Aku inginAku ingin seperti tanahmakin kuat di injak usiaterus tegar dan berputarhingga tiba saatnya teruraiAku ingin seperti udarayang mengisi kehidupan duniamasuk menelusup di t ...
Sampahmungkin langit sedang mencuci lantaimembersihkan remasan gundah manusiamenguras sampah airmatayang dilemparkan manusiasetiap detik waktudan aku ingin berhentiberhenti me ...
Sempathari ini... sempatkan hatimu untuk mencinta sempatkan jiwamu untuk menyayangi sempatkan ragamu untuk berkorban karena mungkin, kita tidak akan pernah sempat saat itu, ...
Tuhan, ijinkan aku mencintaimu.Tuhan, ijinkan aku mencintaimu.Aku yang tak lagi ingat beberapa tahun yang lalu, seperti apa sebenarnya gelap rahim ibu yang melahirkanku. Hanya ingin melayangkan bebas ...
BiruDetak detik jantungku berhias,hati tiada mau memangkas,sembari otak bersulam,aku menggenggam pasir,Burung-burung kecil,nyanyikan tetabuhannya,aku tertumpah masa lalu,lak ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
*ikut merenung.
ReplyDeleteKebahagian dan kedamaian hati bisa datang dari mana saja tidak peduli orang banyak duit atau miskin harta atau sebaliknya
ReplyDelete*salam kenal*
ReplyDeletemelalui tulisan ini saia pengen kenal dengan perempuan berkebaya sobek tersebut
walah, saya kira perempuan bergaun putih, mas kika, hehe ...
ReplyDeleteberat euy tulisannya .. sangat dalam maknanya ..
ReplyDeletemembuat diri jadi merenung ..
kenali dan kunjungi objek wisata di pandeglang
ehmm
ReplyDelete*geleng geleng kepala*