Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Tuesday, August 25, 2009

Aku, perempuan berkebaya robek dan perempuan bergelang emas

Dia acungkan gelasnya kepada peminta itu dengan tangan penuh gemerincing gelang emas, disertai senyum menawan dilepaskannya pula sejumput uang dari dompetnya untuk dibagikan. Tak berapa lama perempuan dengan kebaya robek itu pergi membawa gelas perak yang tak pernah ada dalam pikirannya selama ini. Dan juga dengan senyum-senyum yang tak mampu ditahannya untuk dikembangkan dari bibir tuanya.

Tanpa terasa airmata perempuan bergelang emas menetes, bahkan menjurus deras. Dihatinya tertanam sebuah pertanyaan yang tidak pernah kunjung muncul jawabannya. Entah apa sebenarnya pertanyaan yang sering muncul dan membuatnya menangis itu. Apakah karena begitu melonjaknya harga pangan di pasaraya atau supermarket yang menunjukkan kenaikan atau apa? Karena baginya semua kenaikan itu tidak akan pernah terasakan baginya, suaminya seorang konglomerat dengan harta yang tidak akan pernah habis dimakan sekian juta orang dalam 100 tahun. Ataukah karena kurangnya hiburan bagi dirinya? Dia juga menggelengkan kepala seraya berbisik "tidak", iya.. Karena semua hal apapun di dunia ini bisa dibelinya.

Kebahagiaan perempuan tua berkebaya robek dan kesedihan perempuan bergelang emas, begitu paradoks dan ironis. Dalam pijakan kaki, manusia cenderung melambaikan diri demi kegemerlapan dunia yang pasti tidak dibawa mati. Dan dalam pijakan nurani, manusia tak pernah lepas untuk terus mencari kebahagiaan hakiki untuk dibawa mati.

Begitupun aku, sebagai penggembala yang hidup di kota metropolis yang setiap harinya berkacak pinggang sembari meneriakkan kesombongannya, terus menerus meretas kepingan demi kepingan sebuah hasrat untuk tetap bergerak dan bahagia. Tidak lagi mencumbui diri sendiri dengan kesenangan sesaat. Sebelum sketsa perempuan tua berkebaya dan perempuan bergelang emas itu menusuk diriku lewat anak-anakku ataupun cucuku kelak.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Aku, perempuan berkebaya robek dan perempuan bergelang emas

  • kembali ke rumahkembali ke rumah menyambangi pinus yang tersenyum dimana suara kambing berlompatan seperti tanya jawab terdengar sayup nyanyi dedaunan dari balik bukit menyambut desis ...
  • PetaniSebagai petani, aku merasa sudah terlalu jauh meninggalkan desa. Berharap, semua tulisanku menuntun kembali langkah ini menuju pematang sawah yang menyaksikan tumbuh bes ...
  • Kakak dan AdikkuSepertiga ruangan hati ini tersisih untuk Kakak,di dalamnya banyak hiasan cantik berangka platinum,Apapun yang aku lakukan selalu kembali kepadamu,dalam wejanganmu..Kali ...
  • SungaiCintailah aku seperti aliran sungai Nil Tiada berhenti atau putus Bisik pohon tempatku berteduh. Tangisku meledak seperti letusan merapi Tersenggal-senggal dan putus Di ...
  • alam tubuhCoba kau lihat ke dalam tubuhmusisir sedikit demi sedikit dengan pisau itusibak daging yang kau gores pelan lihatlah ke dalam...Tak perlu lagi di intipsudah sangat waktu ...

6 comments:

  1. Kebahagian dan kedamaian hati bisa datang dari mana saja tidak peduli orang banyak duit atau miskin harta atau sebaliknya

    ReplyDelete
  2. *salam kenal*
    melalui tulisan ini saia pengen kenal dengan perempuan berkebaya sobek tersebut

    ReplyDelete
  3. walah, saya kira perempuan bergaun putih, mas kika, hehe ...

    ReplyDelete
  4. berat euy tulisannya .. sangat dalam maknanya ..
    membuat diri jadi merenung ..

    kenali dan kunjungi objek wisata di pandeglang

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..