Mata ini mengajak untuk menengadah,
bukan berdoa,
namun menahan jatuhnya air mata,
kepada siapa mesti meng-aduh,
harapan seimbang selaksa bumi dan langit,
meregang melihat kenyataan,
Coba aku berbisik pelan,
menenangkan pikiran,
bumi terjejak langit terjunjung,
hanya itu jawaban,
maka langkah adalah pertamanya,
dimana akhiran tidak penting.
Kepada siapa mesti aku tanya,
malam menjawab hanya untukku,
sedang mereka masih pandang berbulu,
melayangkan kenyataannya pada warna,
bukan sama-sama berkaki dua,
dengan titipan nyawa yang sama.
Depok.
Kepada politisi negara entah berantah.
Monday, January 12, 2009
Kepada siapa
Tags :
Orkestra Debu
Related : Kepada siapa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
pilih diam tersakiti atau maju tertelan...hiks!!!
ReplyDeleteIya benar budhe.
ReplyDeleteItulah kenyataannya Ka.
ReplyDeleteGimana kita bisa menyikapi
keadaan yg dilematis tersebut.
(Harina)
bertanya separo hati
ReplyDeletetapi tak kuasa mnghujam
ditongga-tonggak lama kami tersakiti
ditangan kotor terampas
yang malang aku tetap malang
lalu peduli apa semua
cukup harapkah menelan gerimis asin airmata
cukup kuat mnelan pedas lombok dari yang dikata
saatnya aku ingin keluar
dari dunia hukum rimba
liar nan brutal
makanan yang mentah tak berasa
tapi pasti bukan air telaga yang begitu segar
membuatku tak bisa rindukan negriku
tak bisa bnggakan aku