Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Monday, January 12, 2009

Kepada siapa

Mata ini mengajak untuk menengadah,
bukan berdoa,
namun menahan jatuhnya air mata,
kepada siapa mesti meng-aduh,
harapan seimbang selaksa bumi dan langit,
meregang melihat kenyataan,

Coba aku berbisik pelan,
menenangkan pikiran,
bumi terjejak langit terjunjung,
hanya itu jawaban,
maka langkah adalah pertamanya,
dimana akhiran tidak penting.

Kepada siapa mesti aku tanya,
malam menjawab hanya untukku,
sedang mereka masih pandang berbulu,
melayangkan kenyataannya pada warna,
bukan sama-sama berkaki dua,
dengan titipan nyawa yang sama.

Depok.
Kepada politisi negara entah berantah.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kepada siapa

  • Dialam mimpikudalam mimpiku, terlihat anak-anak syair itu akrab bercengkerama bercanda bersama anak-anak petirbermain berlarian mengitari pohon guruh tanpa takutsaling mengejar di pas ...
  • Sentuhan jariJari jemari ini sepertinya perlahan memelan,tak lagi seperti dulu yang bergembira menulis kata-kata,justru disaat mimpi untuk mencium kata lebih dalam,kena laknatkah?,Ak ...
  • Tak lagi AirSembari aku tangkup tanganaku sebut namamumungkin kemarin adalah terakhirdisertai kaku kita bertemuSemoga kamu selalu baiksampai saat kita bertemusaat itulah kita tak la ...
  • Desakusewaktu kecil aku bermain di petakpetak sawahberlarian mengejar katak serta ikan dalam air bercampur lumpursampai tanpa terasa waktu memaksaku pulangsekarang waktu ini, ...
  • Gagak dan Hantu“Hey, siapa disitu??”. Si gagak coba melihat.“Eh itukan si parin yang kemarin melayang layang karena buaian..?!”. Kembali si gagak coba meneliti. “Bukan, kemarin dia mel ...

4 comments:

  1. pilih diam tersakiti atau maju tertelan...hiks!!!

    ReplyDelete
  2. Itulah kenyataannya Ka.
    Gimana kita bisa menyikapi
    keadaan yg dilematis tersebut.
    (Harina)

    ReplyDelete
  3. bertanya separo hati
    tapi tak kuasa mnghujam
    ditongga-tonggak lama kami tersakiti
    ditangan kotor terampas
    yang malang aku tetap malang
    lalu peduli apa semua
    cukup harapkah menelan gerimis asin airmata
    cukup kuat mnelan pedas lombok dari yang dikata

    saatnya aku ingin keluar
    dari dunia hukum rimba
    liar nan brutal
    makanan yang mentah tak berasa
    tapi pasti bukan air telaga yang begitu segar
    membuatku tak bisa rindukan negriku
    tak bisa bnggakan aku

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..