Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Saturday, March 6, 2010

Pohon Ketakutan

Dalam cerita itu, aku memeluk pergulatan pikir yang mengajak untuk bercinta dalam alam pikir lain yang tidak biasanya. Dalam cerita itu, beberapa manusia memakaikan baju begitu ketat dan sangat ketat serta menyesakkan nafas. Dalam cerita itu pula, aku dipaksa untuk berlari meninggalkan fajar yang selayaknya menjadi milikku. Tanpa terasa dalam otakku tumbuh pohon kecil menyeramkan, gelap dan berbau kamboja.

Dalam kabar itu, aku terima sebuah pesan bila dirinya dimatikan dengan disedot setengah nyawa dan tetap dibiarkan hidup setengah nyawa. Dalam kabar itu, dia menangisi betapa lautan serasa tidak lagi cukup menampung airmata. Dalam kabar itu pula, dia menuliskan semua tanpa mampu menebak kemana tulisannya akan menjadi sebuah tulisan layaknya sejarah. Tanpa sadar dalam benaknya pohon kecil itu tampak membesar seperti padi yang subur terkena pupuk kandang.

Kemarin, aku coba mengirim cerita kepadanya bahwa aku sedang mengasah sebuah pisau serta parang untuk kemudian aku serahkan ke tanganmu dan digunakan dengan tepat untuk menebang pohon itu sebelum menjadi besar dan lebat. Kemarin juga, aku coba mengirim kabar bahwa aku disini membutuhkan parang besar untuk menebang pohon besar dalam otak serta menebas gelayutan belukar di sekujur tubuh.

Sekarang, terdapat kabar terbaru dari pesan yang mengabari dan menceritakan bahwa kamu ingini pisau serta parangku agar bisa saling bantu menebang, membunuh serta menguburkan pohon ketakutan dalam otak. Pohon ketakutan yang akan selalu menjadi nyata dalam hidup setiap manusia. Seperti nyatanya kamu yang terbang tinggi dengan senyum meninggalkanku disini, meski aku berhasil memenggal pohon ketakutanmu itu.
Dan mengembalikanku menjadi petani, seperti sedia kala.

Depok, 2010
Re-edit dan Re-post
Untuk Khalila Putri Seruni

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Pohon Ketakutan

2 comments:

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..