Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Monday, October 5, 2009

Mengintip mainan Tuhan

Mencoba mengintip Tuhan di atas sana, sedang apa gerangan? Sedang bermain air kah? Bermain tanah ataukah anak-anak petir di dinding langit? Meski harus aku akui aku tidak tahu adakah benar atau tidak tempat yang aku intip. Setahuku Dia ada dimana-mana, hingga mudah untuk ditemui. Namun kemarin Dia seperti sedang berbalik mengintipku dan bersembunyi dibalik beberapa daun lebar hanya untuk mengintip yang sedang mengintipNya. Yaaa.. Mengintipku yang pontang panting mencari kenapa, mengintipku yang sedang bertanya-tanya dimana. Sepertinya Dia tersenyum senang melihat kebingungan yang melanda karena aku menunggu kabar dari saudara-saudara di tanah Minang.

Tuhan, bila engkau hanya ingin aku mengerti dan belajar, rasanya terlalu besar pelajaranmu kali ini. Mungkin Engkau memang sedang ingin meringankan beban saudara-saudaraku yang Kau ambil, mungkin pula ingin melihat hasil pembelajaran dari hasil mainanMu. Tuhan, aku berjanji untuk lebih baik ke depan sudah dari beberapa bulan terakhir. Namun sepertinya Engkau masih melihat banyak kelalaian didiriku. Hingga Kau pun mencandaiku. Suatu canda yang sangatlah dahsyat bahkan terasa teramat dahsyat. Jelas aku tak mampu untuk tidak menitikkan air mata karenanya.

Namun aku berjanji kembali, untuk bisa menjadi lebih baik di masa mendatang. Untuk lebih baik dan bisa merasa daripada merasa bisa. Tentu juga untuk selalu menjadi temanMu karena sebenarnya tanpa diminta Engkau selalu [telah] menjadi temanku. Dan Tuhanku, mulai hari ini pula aku kembalikan mainan-mainan yang pasti menjadi hakMu diantaranya Kesombongan dan Keserakahan.

Dan tetap aku masih belum bisa mengintip, karena mungkin selama ini aku telah teledor menempatkanMu.

Depok, 2009

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Mengintip mainan Tuhan

9 comments:

  1. tuhan yang memberi segala kebebasan, bahkan mahluk ciptaan yang durhaka pun masih diberi kesempatan untuk mendapati kebenaran akan kehidupan dan kemanusiaan...

    ReplyDelete
  2. tuhan....hanya kau yang tahu semuanya...


    bro..aku emang lama nggak ol di blog...sekarang lagi ngblog lgi..kita dulu janjian tukar link..blogmu masih tetap link di blog ku..cuma blog ku kok gak lu link kan lagi..salam silaturahmi balik...

    ReplyDelete
  3. Dia selalu ada di sekitar kita, selalu ingat kepada kita, namun terkadang kita tak pernah merasakan itu dan terkadang melupakanNya.

    Tak mudah memang untuk mengenal segala 'mainan'Nya, namun satu yang pasti bahwa ada 'pesan' dibalik semua 'permainan'Nya...

    "Semoga saudara kita semua tetap tabah dan tawakal menjalani segala jalanNya...amiiin..."

    Mas Kika ada rencana ke tanah Minang dan sekitarnya?

    ReplyDelete
  4. kita sendiri yang jauh dari Tuhan bukan Tuhan yang menjauh dari kita.

    ReplyDelete
  5. apa yang diberikan Tuhan kepada kita pasti suatu saat diambil juga. kita hanyalah seorang hamba yang penuh dosa.

    ReplyDelete
  6. Allah masih sayang kepada kita Ka, Dia masih mau mengingatkan dan menegur kita dengan permainan yang diciptakannya. Kita hanyalah insan yg sering alpa walaupun sering diingatkannya dengan kalimat Alquran yang jarang kita maknai. Allahuakbar walillahilham.(harina)

    ReplyDelete
  7. tiada apapun di dunia ini yang terjadi tanpa seizinNya.. namun tidak semua diridhoi-Nya... bencana gempa di sumatera telah Allah izinkan dan ridhoi terjadi tapi tiada akan tersia-sia semua yang Allah izinkan dan ridhoi terjadi...
    hikmah harusnya dapat di rengkuh oleh tiap jiwa... walau sesak dada karena musibah hidup yang entah apa Allah maksudkan (perlu cermin bagi tiap diri tuk jawabnya... namun hidup tetap harus dijalani dengan melakukan yang terbaik... semestinya... walau terkadang tidalah mudah...

    ReplyDelete
  8. Namun kemarin Dia seperti sedang berbalik mengintipku dan bersembunyi dibalik beberapa daun lebar hanya untuk mengintip yang sedang mengintipNya.

    kalimat ini sepertinya kurang pas. Allah tidaklah seperti makhluq, dia kholiq. jangan menyamakannya seperti makhluq pada umumnya. di dalam ilmu kalam kalimat2 sepert ini biasanya dari golongan mutasyabbihin (menyamakan tuhan dengan makhluqNya).

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..