Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Monday, May 11, 2009

Manusia adalah Aku

Sempat aku lepas kepalaku dari tempat sebenarnya, sempat pula aku gantungkan leher di tempat tidak semestinya, mungkin bukan waktu yang menginginkan namun sebuah kelana selalu saja menggoda. Disini aku teluh rusuhnya sebuah rusuk kota. Aku isi perutnya dengan komputer, internet dan semua isi teknologi. Tak terkecuali saat aku mendamaikan perut yang tak juga mau beringsut dari kekangan otak, Fiuuuhhh... Dari bau dupa yang seiring nafas sering berubah sesekali dengan wajah toilet yang wangi dan merekah.

Setiap pukul 05.00 pagi, langsung aku pasang pelana serta aku buang celana dalam murahan rumahanku. Tanpa kepala, aku tunggangi selusur besi hasil puntung jembatan dan kapal buah tangan para mata sipit. Jelujur putih hitam seakan menjadi mata bagi kepala ku yang tertinggal, sesekali aku pegang kantung suara yang ajaib dan sungguh ajaib hasil karya modernitas. Tangan dan kaki aku perkosa pelan-pelan, isi dirigen minyak berpindah otomatis ke dalam perut yang memang serakah memakan semua hasil bumi, tak heran keringat tubuhku selalu menangis setiap hari.

Tepat di atas waktunya penguasa siang, aku katakan padanya "aku tak akan kepanasan karena aku tidak membawa kepala". Hahaha..dengan melenggang bayam seperti popeye, aku hadapi lagi semua manusia di sekelilingku dan aku buka auratku, toh aku tidak bawa kepala. Berbekal kitab dari mpu Toshi yang menciptakan semuanya dengan hanya sim salaba, keris ekor tikus menjadi senjata ampuh untuk melayangkan aroma gaib dan mengirim semuanya ke para raja kecil yang memang selalu berharap bisa memakan rumah, mobil dan uang utuh serta lahap. Aku goyang pantat sesekali...dan huuppp yakkk...

Tanpa terasa waktu telah datang bagiku untuk menuju kandang, setengah berlari setengah tidak bernafas, kembali aku tunggangi kuda taruna yang selalu kuat bercinta dengan gairah liarnya ratu jalan, dimana puncak orgasme tak pernah didapatnya.

Satu jam kemudian, aku pasang kembali kepalaku karena hari telah sore, waktunya bagiku menggunakan kepala untuk bercinta dengan pelukan senja dalam dusun senja hatiku. Tak lupa celana dalam murahanku kembali menempel erat menangkup tuannya agar tidak masuk angin.

Depok, 2009

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Manusia adalah Aku

9 comments:

  1. aku jadi penasaran dengan kendaraanmu mas..

    ReplyDelete
  2. sepertinya goresan kali ini adalah sebuah protes atau mungkin ungkapan ketidaksukaan atas fenomena kehidupan yang ada. Biarkan berjalan Ka, asal jangan larut di dalamnya. I know you will fight for it Kika. (harina)

    ReplyDelete
  3. haha... sudah makan hari ini?
    apa sudah di makan?
    :)

    ReplyDelete
  4. pertanyaan yang tepat menurutku, 'makan siapa hari ini ?'
    hidup di negeri ini nggak perlu kepala dan hati, bro. :D

    ReplyDelete
  5. Dexter,
    terima kasih atas apresiasinya. Kudoakan sukses dengan antologi puisimu. Terus berkarya.

    Salam sastra,
    Ingrid

    ReplyDelete
  6. apreasiasi sastra modern, kritik dan penolakan anda pada keadaan sekarang.

    salam sastra indonenesia.
    terus berkarya.

    ReplyDelete
  7. setiap manusia hanya punya satu kepala, mas. jadi repot kalau bersikap dan bertindak tanpa sepotong kepala, haha ....

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..