Darah mengalir hangat melihatnya,
dia tertawa riang,
berteman rumput ilalang setinggi pandangan matahari,
mencandai pohon dimana tangan tak mampu melingkarinya,
lincah kaki kecilnya menaiki,
dari atas sudut pandangnya serius,
menyorot cuap-cuap ayam berkejaran bersama anaknya,
ujung ranting terakhir jadi landasan turunnya.
Dia berlari menuju tepian sungai kecil,
Langsung menceburinya,
Daun-daun berbisik mengikuti keriangan,
Ikan – ikan kecil tiada tertinggal,
Seperti beradu irama bersama kepiting dan udang dalam kebeningan air,
Mereka berenang di sela kakinya,
Meledeknya untuk mengejar,
Sebelum matahari sore memisahkan mereka,
Disini setelahnya,
18 tahun berlalu,
Dia berdiri termangu menyaksikan kerusakan,
“Bangka kini tak seindah dulu” gumamnya,
Maafkan kesalahan karena meninggalkanmu,
Timah-timah menimbulkan keserakahan mereka,
Semestinya aku menjagamu,
Menjagamu sampai detik ini.
Pulau Bangka, 2008
Saturday, January 10, 2009
Orkestra Masa Kecil
Tags :
Kampung Halaman
Related : Orkestra Masa Kecil
GumamSetiaku pada tulang putihmenumpuk, memasung perihcintaku pada merah darahmenggigit, meresap nanahIndonesiakapan engkau MERDEKA! ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kadang keindahan tak baik adanya,
ReplyDeletekarena keindahan menarik semua mata,
dan tangan-tangan jahil manusia mencoba menyentuhnya,
namun tidak dengan kasih,
hingga semua koyak,
tak lagi mempesona.
dan hanya kau yang menitikan air mata.