Entah siapa sebenarnya menyambut,
pagi yang indah ataukah aku?,
Pastinya kita selalu tersenyum berdua,
saling menyambut gairah tanpa kata,
Ini keindahan alami ribuan abad,
menemani manusia dengan segala pinaknya,
tetap ramah meski muncul sumpah serapah,
tidak menolak kala tertumpahi bercak,
Aku bahagia mengingat senyuman ini,
tiada surut senyum ku persembahkan,
mana kala hujan mengajakku berenang,
mana kala panas menyiramkan keringat,
Kamu mampu hidup melintasi peralihan,
dan mungkin aku hanya 65 tahun menemani,
bahagia rasanya merasakan sambutanmu,
Aku yakin kita akan berjumpa lagi kelak,
Semangat itu memberi keinginan tanpa kata,
membiaskan ragu untuk tidak sekedar membaca,
Rengkuhan baris menyiapkanku selalu tertawa,
menjalaninya, mendekapnya, selamanya,
Dunia ini ku persembahkan kala aku mati,
dimana sebenarnya kamulah penyambutku,
Dengan rasa, cinta dan harta jasmani rohani,
kita akan kembali bercinta disana.
Depok, Desember 2008
Sambutan untuk Israil.
Tuesday, December 16, 2008
Aku, Matahari, dan Dunia
Tags :
Orkestra Debu,
Renungan
Related : Aku, Matahari, dan Dunia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
di negeriku matahari adalah sengatan panas paa pengantre BLT. dinegeriku dunia adalah kubus ukuran 2x2 meteryang sering di bakar petugas trantib. dan diduniaku aku adalah seperti sebuah suara yang selalu tertolak kuping penguasa....
ReplyDeletewah blog-na full puisi, ada puisi dari saya... kalau jelek jangan dicaci...
ReplyDeletehari tidak terjaga oleh manusia
tapi tiap detik kan berputar
setiap kisah dalam hari di dunia
hanya Tuhan yang menghampar
dalamnya berbagai cerita
dunia kadang mendung bersua
hitam pekat langit menghalangi matahari
kadang pula cerah menyapa
gagah matahari tegak menyinari bumi
dexter ini penyair rupanya
tertata puisi dalam blognya
ungkapan hati yang tercurah dari jiwa
bagiku setiap karya itu patut dinilai bernyawa
dan tak pantas dihina
karena Tuhan telah beri manusia talenta
salut dan keep posting to dexter ya...