Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Tuesday, November 25, 2008

Satu dua tiga empat

Satu dua tiga empat, menghitung langkah tiap kali berjalan
hingga belasan langkah tak terhitung, masih tetap aku tidak sendiri
Bayangan ini seperti mewakili tuhan untuk menjagaku
kadang aku risih, kadang aku suka cita dan kadang tiada rasa

Horison disana, di ujung ufuk jarak pandang melambai
Ku ukir senyum untuk menyambutnya, "lama tiada menyapa.."
di atas batu sembari berdegup hatiku, menunggu kamu menghampiri
tak sabar ku kirim pesan dengan mengikatnya dalam hembusan angin

Aliran kimia dalam tubuh tiba-tiba mengalir tanpa henti
Aku pandangi kaki menari, yang sedikit menjauh dari pijakan
tak kuasa ku turuti ajakan hati untuk melayang entah kemana
"Sungguh aku merindukan saat seperti ini, terasa lama sudah.."

"Hey, apa yang kamu lakukan??!", teriak akasia
"Aku mengangkangimu..!!", teriakku keras
"Kamu tidak takut jatuh??", sergah beringin
"Mana ada romeo takut jatuh??", Aku tertawa riang

"Apakah si cupid sudah kembali??", kamboja ikut masuk
Aku tak peduli karena terasa indah memandang semua dari atas,
pucuk-pucuk pohon, aliran sungai luas, dan semua terpampang jelas
"Hey.. Jangan terlalu tinggi", teriak kalian

Aku sudah menyentuh awan, berlari mengitari memainkannya
ada biru, merah, kuning, hijau, ungu menemaniku bercanda
terasa tak akan habis untuk aku lukis dengan semua tinta
Aku masih ingin disini, dan selamanya disini, hanya disini

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Satu dua tiga empat

2 comments:

  1. puisi yg indah, emang banyak yg tampak indah dari atas, makanya banyak orang lupa turun saat sudah di atas

    ReplyDelete
  2. puisinya bagus Ka.
    minimal sdh terobati sedikit rasa yang dipendam. Sukses ya

    ReplyDelete

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..