Kita adalah Air, Rumah kita Air Terjun.

Wednesday, September 24, 2008

Gagak dan Hantu

“Hey, siapa disitu??”. Si gagak coba melihat.
“Eh itukan si parin yang kemarin melayang layang karena buaian..?!”. Kembali si gagak coba meneliti. “Bukan, kemarin dia melayang bukan karena buaian, tapi karena sentuhan!”. Sergah si hantu. “Begitukah manusia hantu??”. Tanya gagak.
“Mereka bisa terbang hanya karena disentuh? Dan mungkinkah mereka juga bisa mati karena disentuh juga?? Tanpa harus ditembak seperti kita??”. Gagak penasaran sembari memandang hantu.

“Bukankah kamu adalah burung penjemput..? seharusnya kamu lebih tahu dengan semua itu!”. Dengus hantu. “Aku hanya memakan bau busuk dan menjaga keharuman tubuh manusia, tidak mengawalinya.” Si hantu kembali menimpal.

“Tapi merekalah sumber tugas dan makanan kita kan… kenapa kita bisa sampai tidak tahu yah??” Gumam gagak. “Sudahlah, bukan tarian yang kita berikan, juga bukan gurauan yang kita masukkan. Bumi dan bulan berpasangan namun mataharilah penengahnya, seperti juga kita. Manusialah sumber kita. Dari keserakahan, kesombongan dan kengerian yang ditimbulkan oleh kita, sedikit sifat kita terbuat olehnya..” geram hantu.

“Eh lihat, si parin melayang lagi. Kenapa ya?” sergah gagak heran lagi. “Kali ini dia menari – nari, jarinya tiada berhenti seperti memetik senar gitar.” Sambung gagak.

“Biarin saja, bentar lagi dia bakal turun mencari tubuhnya. Pijakannya tidak seindah tariannya, dia pasti jatuh.” Sungut hantu. Belum sedetik si hantu bersungut, si parin mendadak memakan kesenangan – kesenangan disekelilingnya. Dan dia tersedak. Terlalu banyak. Matanya melotot. Dan terdengar siulan tanda bekerja bagi burung gagak. Dan selalu akhirnya burung hantu lah yang berteriak kegirangan, “Akhirnya aku bisa kenyang lagi.” Seru Si hantu. Dan Burung Gagak pun terbang mengambil perlengkapannya.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Gagak dan Hantu

  • PenghakimanKadang laut tak begitu jernih, bahkan langit pun tak secerah biasanya. Duka dan rintihan akan sayatan masa lalu begitu menggempar dalam jiwa seorang musafir. Harapan h ...
  • 24 April 2010Hal terakhir yang teringat waktu ituaku berjalan ditemani deras hujan yang tak mampu menghentikan airmatakuDepok 2010. ...
  • Bulan dan MatahariKu tulis resah - gelisah - mengiringi angin Seakan merindu bulan, padahal aku matahari Membakarmu dari kejauhan - semata. Pondok Bambu, 2011. ...
  • Kepada siapaMata ini mengajak untuk menengadah,bukan berdoa,namun menahan jatuhnya air mata,kepada siapa mesti meng-aduh,harapan seimbang selaksa bumi dan langit,meregang melihat ke ...
  • Bersahabat dengan anginAku melatih diri untuk mendekat,aku ajak diri untuk mengenal,bahkan aku paksa diri untuk berdiri berjajar,tanpa mengurangi jati diri yang ada,Sering aku hentikan nafas, ...

1 comments:

Aku hanya manusia biasa, beri kata-kata bukan jura..