tag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post5170983604867486119..comments2023-10-24T14:58:19.700+07:00Comments on Berbagi Puisi: Kaki LangitCangkanghttp://www.blogger.com/profile/07653563079408947791noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post-32590101197570870702009-12-12T17:41:16.385+07:002009-12-12T17:41:16.385+07:00dipersembahkan untuk siapa mas dexter(sebelumnya m...dipersembahkan untuk siapa mas dexter(sebelumnya muup klu saya pernah menmanggilmu dengan kesongongongan tanpa kata 'mas', karna tak tahu usia.. ^_^) puisimu nan indah itu? siapakah yang membuat perasaanmu menjadi merasa seperti tidak dewasa dari sebelumnya? atau siapa yang membuatmu merasa menjadi tong sampah? entah... ^_^ tapi setiap puisimu itu bagiku dan seluruh reader blogmu adalah lautan makna jiwa yang luas bertutur indah <br /><br />oya sejumput puisi dari saya sekedar bertutur :<br />kali langit dalam genggaman sang Kuasa<br />takkan bisa dan tak mudah di temu jawabnya<br />atas semua yang tersimpan di TanganNya<br />walau semua berteriak kata sejuta tanya<br /><br />namun keindahan hati masih dapat diraba<br />dengan merasakan tautan hati bersama<br />mudah bagi tiap insan yang mencinta<br />namun sulit jika diri menyekatnyailmu inspirasi airhttp://ilmair.blogspot.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post-46821374117151590992009-12-05T07:55:04.337+07:002009-12-05T07:55:04.337+07:00Kaki langit seperti hanya ada dalam kata...Tak per...Kaki langit seperti hanya ada dalam kata...Tak pernah terungkap dalam nyata...Tetapi apakah ia benar-benar ada?...Hanya SANG PEMILIK nya lah yang tahu dimana ia sesungguhnya...Rita Susantihttps://www.blogger.com/profile/10628449723053577776noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post-7178414101520965992009-12-04T23:08:49.856+07:002009-12-04T23:08:49.856+07:00TUHAN DI ATAS ROTTERDAM
Hari ini 10 Mei
Aku bagai...TUHAN DI ATAS ROTTERDAM<br /><br />Hari ini 10 Mei<br />Aku bagai bergumul mimpi<br />Berpuing-puing kotaku hancur bak remahan roti<br />Berpuluh ribu bangkai membisu bak rongsokan yang tak dibutuhkan oleh tuannya lagi<br /><br />Hari ini 10 Mei<br />Aku bagai bergumul mimpi<br />Kudengar jerit tangis mengoyak nurani<br />Kucium bau amis merebak mewangi<br /><br />Lalu sayup kudengar rintihan melambai<br />Rintihan yang tak asing bagi kalbuku<br />Rintihan yang membuai sukmaku dalam rindu<br /><br />Aku mengenal suaramu Gisella<br />Putri nahkoda tua dari Hoek Van Holland<br />Sehari lalu senyum parasmu menyapaku kala menyisir Nieuwe Waterweg<br />Sehari kini derita parasmu mengoyak batinku<br /><br />Perihku Gisella menikmati tubuhmu<br />Bertelanjang ragamu berbedak darah<br />Luka-luka bakar keji mengelupas kulit mulusmu<br />Luftwaffe - luftwaffe bengis telah mengiris - iris kemolekan ragamu<br />Hanya menyisa keindahan batinmu, Gisella<br />Keindahan yang gigih tak koyak walau beribu-ribu peluru menembus ragamu.<br />Dan tersimbol dalam senyummu<br />Senyum pencela ragamu yang berkabut derita<br /><br />'Aku lamban Gisella'<br /><br />Bah Rhein mengalir, sesal mengumpat-umpat sukma<br />Namun<br />Dalam sengal napas yang memburu<br />Lirihmu ;<br /><br />' Tak apa, ini karma. Beribu-ribu dosa menimbun negara kita. Kini Tuhan sudi menghapusnya '<br /><br />Tersentak batinku<br />Ketulusanmu membasuh haru batinku<br />Berontak bibirku<br />Menyerapahi insan-insan bangsa kita yang berotak koloni<br />Kita tergetah laku iblisnya<br /><br />Kau memandangku, Gisella<br />Guratan senyum kembali hinggapi parasmu<br />Lalu kau hadiahkan buat siapa<br />Buatku, Tuhan, atau Schmidt yang busuk ?<br /><br />Kau tak mengidahkanku lagi, Gisella<br />Tubuhmu lelah menatap dunia<br />Kau tutup mata bukan untuk melepas penat selayak yang lalu<br />Namun untuk melepas cangkang ruhmu<br />Sehingga ruhmu dapat bebas menari-nari dalam nirwana<br />Tak selayak di dunia<br />Perang memuja kekuasaan selayak harta<br />Pemuas ratu penumbal rakyat jelata<br /><br />Tertunduk aku dalam derita<br />Lirihku ;<br /><br />' Tuhan tertawakah dzat-Mu kini<br />Mencela berpuluh-puluh ribu jiwa kami<br />Terselimuti badai-badai api<br />Pencabut sukma<br />Meruntuh harta-harta<br /><br />Sayap-sayap Luftwaffe nan keji<br />Meraung-raung di atas kami<br />Selayak siap memenggal satu-persatu kepala kami<br />Mengadili raga<br /><br />Kami terkepung dalam mautmu Tuhan ! '<br /><br />Desingan peluru termakan telingaku<br />Mendekat, semakin mendekat<br />Hingga kurasa perih mencambuk ragaku<br />Pancoran darah menembus keluar ragaku<br />Kini berlobang dadaku<br />Menyisa rintihku ;<br /><br />' Tuhan maafkan aku<br />Tuhan maafkan bangsaku<br />Tuhan lindungilah Rotterdam '<br /><br />Rebah aku mencium tanahku<br />Aku mati<br />Namun Tuhan takkan mati<br />Tuhan di atas RotterdamARDHAZZnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post-28678976459513154822009-12-04T17:12:49.865+07:002009-12-04T17:12:49.865+07:00Haduuuuuhhhh
mengharu biru senduuuu .........
Keri...Haduuuuuhhhh<br />mengharu biru senduuuu .........<br />Kerinduan masa kecil adalah milik semua orang, kerinduan akan kepolosan, bermain dan juga kerinduan untuk dimanja, setelah lelah menjadi manusia dewasa.endanghttps://www.blogger.com/profile/05501494648949529128noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5083966465295783820.post-17502685856684557322009-12-04T00:12:13.839+07:002009-12-04T00:12:13.839+07:00menjamahmu, puitikamu. aku tiba di sini, kawan. ai...menjamahmu, puitikamu. aku tiba di sini, kawan. air terjun kian deras.Ivan Kavalerahttps://www.blogger.com/profile/13086871624595031424noreply@blogger.com